Last modified: 2024-03-16
Abstract
Inclusion, sense of belonging, recognition, and active participation may glue society and create bonds among its members. Different cultural, ethnic, religious, and socio economic backgrounds within a given community become less significant once there are shared values which are lived collectively. The Focolare movement attracts those who strive to minimise every division to achieve its goal “may all be one” by living the spirituality of unity despite their varied identities and experiences. The research seeks to understand the definition of unity which puts Focolare as one family and how members’ engagement and participation enhance mutual understanding, empathy, and respect, within and outside the movement. The study case is conducted on a qualitative approach using semi-structured interviews, both online and in-person, with people who practise Focolare spirituality in their daily life in Indonesia, regardless of their religious affiliations. Data is also supported by literature studies and internal-use-only documents from the Focolare Centre, especially of SouthEast Asia. The acknowledgement to other religious traditions and the reflection on seeing the world as one family enable the establishment of shared values accepted by all. The members and people who are willing to work toward unity underline the importance of inclusion, sense of one family, recognition of differences at open forums and concrete programs of formation in particular religious communities within and beyond. It later will encourage the intercultural and interreligious relation which is in favour of cohesion in the society of diverse Indonesia.
Bahasa Indonesia
Inklusifitas, adanya rasa memiliki, saling memberi pengakuan, dan aktif berpartisipasi dapat merekatkan masyarakat dan menciptakan ikatan di antara anggota masyarakat. Latar belakang budaya, etnis, agama, dan sosial ekonomi yang berbeda-beda dalam suatu komunitas menjadi kurang penting ketika ada nilai-nilai yang dihidupi bersama. Gerakan Focolare menarik perhatian orang yang berusaha mengurangi perpecahan guna mencapai tujuan “supaya mereka semua menjadi satu” dengan menghidupi spiritualitas kesatuan meskipun ada perbedaan identitas dan pengalaman. Penelitian ini berupaya memahami definisi kesatuan yang menempatkan Focolare sebagai satu keluarga dan bagaimana keterlibatan dan partisipasi anggota Focolare meningkatkan saling pengertian, empati, dan rasa hormat, baik di dalam dan di luar gerakan. Studi kasus ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara semi-terstruktur, secara online maupun tatap muka, dengan orang dari latar belakang agama yang berbeda di Indonesia yang mempraktikkan spiritualitas Focolare dalam hidup sehari-hari. Pengumpulan data juga didapat dari studi literatur dan dari dokumen internal Pusat Focolare, khususnya di Asia Tenggara. Pengakuan adanya tradisi agama lain dan permenungan dalam memandang dunia sebagai satu keluarga memungkinkan terbentuknya nilai-nilai bersama yang diterima oleh semua orang. Anggota Focolare dan kelompok orang yang bersedia berkarya demi mencapai kesatuan, menggarisbawahi pentingnya inklusifitas, rasa memiliki dalam satu keluarga, pengakuan adanya perbedaan, dalam forum terbuka dan perlunya program konkrit atas formasi bagi masing-masing dan antar komunitas agama. Hal ini nantinya akan mendorong terjalinnya hubungan antar budaya dan antar agama yang mendukung kohesi dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.
Kata kunci : kohesi, satu keluarga, nilai-nilai bersama, kesatuan