Last modified: 2023-10-12
Abstract
Artikel ini bertujuan untuk menguggat interpretasi Cary Wolfe terhadap pemikiran Daniel Dennett mengenai poshumanisme, khususnya melalui tiga kategori: bahasa, representasi, dan spesies. Dalam diagnosis Wolfe, humanisme mengalami persoalan oleh karena tegangan internal yang bersumber pada konsep antroposentrisme dan spesiesisme yang menyusunnya. Kedua dogma tersebut dianggap telah terlembaga sedemikian rupa dalam studi ilmu kognitif mengenai bahasa beserta keterkaitannya dengan pikiran, yang dicontohkan melalui pemikiran Dennett. Meskipun umum dipandang sebagai pihak yang telah berkontribusi dalam membawa ilmu kognitif keluar dari tradisi Cartesian, Wolfe menganggap Dennett justru kembali terjatuh pada modus berpikir Cartesian oleh karena pandangannya mengenai perbedaan kognitif manusia dari hewan non-manusia, yakni dengan merujuk pada kemampuan manusia untuk melakukan refleksi perilaku, delegasi fungsi kognitif, serta stabilisasi konsep kedirian melalui kapasitas representasional yang dimungkinkan oleh bahasa. Penulis berargumen bahwa Wolfe gagal membaca proyek pemikiran Dennett melalui sejumlah alasan: Pertama, perbedaan kognitif antara manusia dan hewan non-manusia tidaklah dibangun di atas ontologi esensialis, melainkan sebaliknya. Kedua, representasionalisme mental yang dipertahankan oleh Dennett perlu dipahami dalam term interpretivisme alih-alih realisme terhadap konten mental. Ketiga, stabilisasi konsep kedirian melalui bahasa tidaklah menghadirkan kembali subjek Cartesian sebagai ‘hantu dalam mesin’, melainkan sebagai artefak sosial yang dimungkinkan melalui pengorganisasian informasi oleh suatu sistem/agen dengan arsitektur desain tertentu.