Open Conference Systems, Seminar Nasional Sanata Dharma Berbagi: Sosial dan Humaniora 2023

Font Size: 
INKLUSIVITAS KOMUNITAS KATOLIK MENURUT Y. B. MANGUNWIJAYA: PENELUSURAN TERHADAP KARYA ARSITEKTURAL DAN TEOLOGIS
Christian Aldo Kusuma, Dionius B. Mahamboro

Last modified: 2023-06-05

Abstract


Suatu bangsa dikatakan beradab, jika terjadi harmoni di antara elemen-elemen pembentuk masyarakatnya, termasuk komunitas-komunitas agama. Harmoni di antara komunitas-komunitas agama ditentukan oleh sikap inklusif. Y. B. Mangunwijaya atau yang dikenal sebagai Romo Mangun (RM) merupakan seorang tokoh yang banyak memikirkan gagasan mengenai inklusivitas. Namun, gagasannya tidak hanya terbatas dalam tulisan-tulisan, melainkan juga dalam karya arsitektur, terutama Gereja Maria Assumpta (GMA), Klaten. Paper ini bertujuan untuk menganalisa ciri inklusivitasdalam bangunan GMA yang selesai dibangun pada tahun 1968, serta membandingkannya dengan konsep inklusivitas dalam "Gereja Diaspora" yang ditulis oleh RM pada tahun 1998. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GMA menggambarkan semangat keterbukaan yang diterjemahkan oleh RM melalui bahasa ruang pendopo yang ditranslasikannya dari tradisi masyarakat Jawa. Ruang gereja tersebut dirancang untuk memfasilitasi dialog, kemitraan, dan paguyuban antara umat dan masyarakat. Meskipun GMA dibangun sebelum konsep "Gereja Diaspora" muncul, tulisan ini menunjukkan bahwa GMA telah mencerminkan gagasan inklusivitas yang menjadi ciri mendasar dari konsep Gereja Diaspora yang dikembangkan oleh RM.


Keywords


inklusif; Gereja Diaspora; Gereja Maria Assumpta Klaten; Mangunwijaya