Last modified: 2023-06-05
Abstract
Potret tingginya angka diskriminasi berbasis gender adalah bukti belum terlaksananya kehidupan berbangsa yang setara. Pasung Jiwa adalah salah satu karya sastra yang memotret fakta ini. Sasana, tokoh utama dalam novel ini, adalah seorang yang berkonflik dengan identitas gendernya. Ia mengalami diskriminasi karena identitas gendernya dianggap tidak sesuai dengan nilai dan norma maskulinitas dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap bagaimana konstruksi maskulinas dan diskriminasi gender yang dialami tokoh Sasana melalui perspektif Judith Butler. Penelitian ini juga ditujukan sebagai jalan refleksi untuk dapat menciptakan kehidupan berbangsa yang beradab dengan mendengar kelompok “the voiceless” melalui tokoh Sasana, sehingga tercipta kehidupan berbangsa yang setara. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif dengan metode studi literatur. Data diambil dari novel Pasung Jiwa dan dianalisis menggunakan teori Judith Butler tentang gender performatifitas. Konstruksi maskulinitas berkaitan erat dengan konstruksi gender dan persepsi masyarakat. Butler melihat bahwa gender bersifat cair, tidak semata ditentukan oleh sex, tetapi sangat variatif dan dipengaruhi oleh berbagai aspek. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa konstruksi maskulitas yang statis adalah penyebab dari berbagai diskriminasi gender yang dialami tokoh Sasana. Perhatian terhadap kelompok “the voiceless” adalah bentuk sikap humanis yang penting dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang beradab dan setara.
Kata kunci: diskriminasi, gender, maskulinitas, pasung jiwa, performativitas.