Last modified: 2023-09-14
Abstract
Minimnya kontak mata menjadi salah satu keterbatasan pada anak dengan gangguan spektrum autisme saat berkomunikasi dan berinteraksi sosial, padahal kontak mata menjadi kemampuan fundamental untuk perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan frekuensi kontak mata pada anak dengan gangguan spektrum autisme menggunakan teknik prompting dan positive reinforcement. Desain eksperimen yang digunakan single subject design model A-B follow-up karena hanya ada satu partisipan yang dilibatkan, yaitu seorang anak laki-laki dengan suspek gangguan spektrum autisme berusia 2 tahun 4 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi menggunakan metode checklist terhadap respon kontak mata partisipan sesudah dipanggil namanya. Efek dari intervensi dilihat dari grafik frekuensi kontak mata yang diukur pada fase baseline, selama fase intervensi, dan pada saat follow-up. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik prompting dan positive reinforcement mampu meningkatkan frekuensi kontak mata yang dimiliki partisipan.