Open Conference Systems, Seminar Nasional Sanata Dharma Berbagi: Sosial dan Humaniora 2023

Font Size: 
PERJUMPAAN DIALOGIS BUDAYA LOKAL BATAK TOBA DAN AGAMA KRISTEN: FALSAFAH DALIHAN NA TOLU DAN EFESUS 6;1-3; 1 PETRUS 3:8-11 DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT YANG HARMONIS
Silvana Natalia Nainggolan, Indra Sanjaya Tanureja

Last modified: 2023-09-14

Abstract


Abstrak

Orang Kristen Asia, termasuk masyarakat Batak Toba, menjalani dua kehidupan yang berbeda. Di satu sisi, mereka terlibat dengan budaya lokal melalui falsafah Dalihan Na Tolu. di sisi lain, mereka memegang teguh ajaran Alkitab. Tulisan ini menggunakan metode pembacaan lintas tekstual untuk menganalisis nilai-nilai dalam Dalihan Na Tolu dengan Efesus 6:1-3 dan 1 Petrus 3:8-11. Terdapat hubungan nilai antara Dalihan Na Tolu dan Efesus 6:1-3; 1 Petrus 3:8-11. Dalihan Na Tolu didasarkan pada tiga posisi penting dalam masyarakat Batak Toba yaitu hula-hula (pihak pemberi istri), dongan tubu (saudara semarga) dan boru (pihak penerima istri). Ketiga posisi ini diikuti dengan tiga sikap yang harus dimiliki oleh masyarakat Batak Toba, yaitu somba (hormat) kepada hula-hula, manat (hati-hati) kepada dongan tubu dan elek (membujuk/mengasihi) kepada boru. Hal ini berperan dalam mempromosikan keharmonisan dan kohesi sosial dengan penekanan pada saling menghormati, kerja sama, dan keadilan sosial, yang juga ditemukan dalam ajaran Alkitab. Efesus 6:1-3 menekankan kewajiban anak untuk taat kepada orang tua, sementara 1 Petrus 3:8-11 mengajarkan kasih, perdamaian, dan kerendahan hati dalam hubungan sesama manusia. Meskipun terdapat perbedaan dan potensi ketegangan antara nilai-nilai Dalihan Na Tolu dan ajaran Alkitab, pembacaan lintas tekstual membantu memahami kedua sumber teks ini secara kontekstual, mengintegrasikan nilai-nilai yang sejalan, dan mengelola perbedaan yang mungkin timbul. Tulisan ini dapat memberikan panduan bagi orang Kristen Asia, khususnya masyarakat Batak Toba, dalam memahami dan menjalani kehidupan yang seimbang antara nilai-nilai budaya lokal dan ajaran Alkitab.  Top of Form

 

Kata Kunci; Batak Toba, Dalihan Na Tolu, Efesus 6;1-3; 1 Petrus 3:8-11, Hibriditas, Iman Kristen

 

Abstrack

Asian Christians, including the Toba Batak community, live two different lives. On the one hand, they engage with the local culture through the philosophy of Dalihan Na Tolu. on the other hand, they uphold the teachings of the Bible. This paper uses cross-textual reading method to analyze the values in Dalihan Na Tolu with Ephesians 6:1-3 and 1 Peter 3:8-11. There is a value relationship between Dalihan Na Tolu and Ephesians 6:1-3; 1 Peter 3:8-11. Dalihan Na Tolu is based on three important positions in Toba Batak society, namely hula-hula (wife giver), dongan tubu (relative) and boru (wife receiver). These three positions are followed by three attitudes that the Toba Batak community must have, namely somba (respect) to hula-hula, manat (caution) to dongan tubu and elek (persuasion/love) to boru. These play a role in promoting social harmony and cohesion with an emphasis on mutual respect, cooperation and social justice, which are also found in biblical teachings. Ephesians 6:1-3 emphasizes the duty of children to obey their parents, while 1 Peter 3:8-11 teaches love, peace and humility in human relationships. While there are differences and potential tensions between Dalihan Na Tolu values and biblical teachings, cross-textual reading helps to understand these two source texts contextually, integrate compatible values, and manage differences that may arise. This paper can provide guidance for Asian Christians, especially the Toba Batak community, in understanding and living a balanced life between local cultural values and biblical teachings.


Keywords; Toba Batak, Dalihan Na Tolu, Ephesians 6;1-3; 1 Peter 3:8-11, Hybridity, Christian Faith