Last modified: 2023-10-21
Abstract
Keberlangsungan hidup manusia berakhir ketika manusia tidak lagi dapat mengaktualisasikan dirinya. Sedemikian pentingnya kesempatan bagi manusia untuk mengaktualisasikan diri sehingga Abraham Maslow pun meletakannya di pucuk piramida kebutuhan. Akan tetapi, modernisasi dan kemajuan teknologi pada era poshuman justru membatasi aktualisasi diri manusia. Manusia dipaksa secara sadar atau tidak sadar untuk mengaktualisasikan dirinya dengan sekadar dibatasi oleh pilihan yang tersedia, serta dinilai berdasarkan menu yang terbatas tersebut. Pada saat lain, manusia tidak lagi merasa perlu mengaktualisasikan dirinya karena teknologi telah melakukan untuk dia. Dengan kata lain, manusia dalam era poshuman mengalami aktualisasi diri semu. Dapat pula dikatakan bahwa pada masa itu, manusia mengalami dehumanisasi yang tidak disadari. Tulisan ini dimaksudkan sebagai tawaran gagasan untuk mengembangkan suatu budaya yang kembali mengakomodasi aktualisasi diri manusia, termasuk dalam hal pengembangan dan pemanfaatan teknologi. Penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mendialogkan teori Piramida Kebutuhan Abraham Maslow dengan gagasan poshuman Rosi Braidotti, serta menghubungkannya dengan gagasan keberlanjutan. Dari dialog gagasan ini, penulis menemukan bahwa jika memang teknologi dikembangkan demi keberlanjutan manusia, seharusnya budaya yang terbangun dari perkembangan teknologi tersebut mendukung manusia untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Secara lebih konkret penulis memaparkan praktik integrasi aktualisasi diri di dalam penanaman budaya melalui pendidikan di berbagai ranah.