Last modified: 2023-06-05
Abstract
Orang Kristen Asia, termasuk masyarakat Batak Toba menjalani dua kehidupan yang berbeda. Di satu sisi, mereka terlibat dalam budaya lokal yang kaya dengan teks-teks sakral dan tradisi, khususnya melalui falsafah Dalihan Na Tolu yang merupakan sebuah sistem sosial suku Batak Toba untuk mengatur tata hidup bersama masyarakat Batak Toba yang sudah ada sejak dahulu kala bahkan sebelum agama Kristen masuk ke tanah Batak. Di sisi lain, mereka juga memegang teguh ajaran Alkitab dan iman Kristen, dengan merujuk pada teks seperti Efesus 6:1-3 dan 1 Petrus 3:8-11 yang memberikan pedoman moral dan etika dalam kehidupan Kristen. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah pembacaan/hermeneutika lintas tekstual untuk mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam Dalihan Na Tolu dan Efesus 6:1-3, dan 1 Petrus 3:8-11. Dalam tulisan ini kita akan melihat bahwa terdapat nilai-nilai yang saling terkait antara Dalihan Na Tolu dan Efesus 6:1-3; 1 Petrus 3:8-11. Dalihan Na Tolu didasarkan pada tiga posisi penting dalam masyarakat Batak Toba yaitu hula-hula (pihak pemberi istri), dongan tubu (saudara semarga) dan boru (pihak penerima istri). Ketiga posisi ini diikuti dengan tiga sikap yang harus dimiliki oleh masyarakat Batak Toba, yaitu somba (hormat) kepada hula-hula, manat (hati-hati) kepada dongan tubu dan elek (membujuk/mengasihi) kepada boru. Setiap orang akan menempati ketiga posisi tersebut dalam budaya Batak Toba. Dalihan Na Tolu memainkan peran penting dalam mempromosikan keharmonisan dan kohesi sosial dalam masyarakat Toba dengan menekankan pentingnya saling menghormati, kerja sama, dan keadilan sosial yang juga ditemukan dalam ajaran Alkitab. Efesus 6:1-3 menekankan kewajiban anak untuk taat kepada orang tua, sementara 1 Petrus 3:8-11 mengajarkan kasih, perdamaian, dan kerendahan hati dalam hubungan sesama manusia. Namun, terdapat juga perbedaan dan potensi ketegangan antara nilai-nilai falsafah Dalihan Na Tolu dengan ajaran Alkitab. Pembacaan lintas tekstual diperlukan untuk memahami kedua sumber teks ini secara kontekstual, mengintegrasikan nilai-nilai yang sejalan, dan menemukan cara untuk mengelola perbedaan yang mungkin timbul. Tulisan ini dapat memberikan panduan bagi orang Kristen Asia, khususnya masyarakat Batak Toba, dalam memahami dan menjalani kehidupan yang seimbang antara nilai-nilai budaya lokal dan ajaran Alkitab.
Kata Kunci; Batak Toba, Dalihan Na Tolu, Efesus 6;1-3; 1 Petrus 3:8-11, Hibriditas, Iman Kristen
Abstract
Asian Christians, including the Toba Batak community, live two different lives. On the one hand, they are involved in a local culture rich in sacred texts and traditions, especially through the Dalihan Na Tolu philosophy which is a social system of the Toba Batak tribe to organize the common life of the Toba Batak community that has existed since time immemorial even before Christianity entered Batak land. On the other hand, they also uphold the teachings of the Bible and Christian faith, by referring to texts such as Ephesians 6: 1-3 and 1 Peter 3: 8-11 which provide moral and ethical guidelines in Christian life. The method used in this paper is cross-textual reading/hermeneutics to examine the values contained in Dalihan Na Tolu and Ephesians 6:1-3, and 1 Peter 3:8-11. In this paper we will see that there are interrelated values between Dalihan Na Tolu and Ephesians 6:1-3; 1 Peter 3:8-11. Dalihan Na Tolu is based on three important positions in Toba Batak society: hula-hula (wife giver), dongan tubu (relative) and boru (wife receiver). These three positions are followed by three attitudes that must be possessed by the Toba Batak community, namely somba (respect) to hula-hula, manat (caution) to dongan tubu and elek (persuasion/love) to boru. Everyone will occupy all three positions in Toba Batak culture. Dalihan Na Tolu plays an important role in promoting social harmony and cohesion in Toba society by emphasizing the importance of mutual respect, cooperation and social justice which are also found in biblical teachings. Ephesians 6:1-3 emphasizes the duty of children to obey their parents, while 1 Peter 3:8-11 teaches love, peace and humility in human relationships. However, there are also differences and potential tensions between the values of Dalihan Na Tolu philosophy and the teachings of the Bible. Cross-textual reading is needed to understand these two sources of text contextually, integrate compatible values, and find ways to manage differences that may arise. This paper can provide guidance for Asian Christians, especially the Toba Batak community, in understanding and living a balanced life between local cultural values and biblical teachings.
Keywords; Toba Batak, Dalihan Na Tolu, Ephesians 6;1-3; 1 Peter 3:8-11, Hybridity, Christian Faith