Last modified: 2025-10-15
Abstract
Kisah penciptaan merupakan fondasi penting dalam setiap tradisi keagamaan dan kebudayaan. Dalam kisah penciptaan tergambar relasi antara Yang Ilahi, manusia, dan alam semesta. Karya tulis ini mengkaji secara komparatif kisah penciptaan dalam epos I La Galigo dari tradisi Bugis dan Kitab Kejadian 1–2 dari Alkitab. Kajian ini menyoroti perbedaan dan persamaan dalam kedua narasi dengan menggunakan kerangka teori Kaufman, dengan tiga sudut pandang, yakni: dewa/Tuhan, manusia, dan dunia. Hasil analisis menunjukkan bahwa I La Galigo merefleksikan pandangan kosmosentris dengan keterhubungan erat antara Dewata SuwaE, dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah, serta manusia yang hadir untuk menjaga keseimbangan kosmik. Sementara itu, Kitab Kejadian menampilkan paham monoteistik yang menegaskan Allah sebagai Pencipta yang Mahakuasa, manusia sebagai citra Allah, dan dunia ciptaan sebagai “sungguh amat baik”. Perbedaan mendasar antara politeisme dan monoteisme ini menghasilkan corak teologis yang berbeda, tetapi keduanya sama-sama menekankan tanggung jawab manusia terhadap ciptaan. Dengan demikian, pembacaan komparatif ini memperlihatkan kontribusi kedua tradisi bagi wacana ekologi integral: I La Galigo mengajarkan pentingnya harmoni kosmik, sedangkan Kitab Kejadian meneguhkan martabat ciptaan sebagai anugerah Allah yang sungguh (amat) baik. Kedua teks ini dapat membuka ruang dialog interkultural dan interreligius untuk membangun kesadaran ekologis yang lebih holistik.