Last modified: 2025-10-15
Abstract
Dewasa ini, realitas ketimpangan, dehumanisasi, kemerosotan ekonomi, ketidakadilan dan krisis etika solidaritas muncul akibat arus globalisasi. Fenomena ini dapat diatasi dengan pendekatan etika solidaritas otentik yang terdapat pada interdependensi manusia. Artikel ini mengangkat masalah terkait bagaimana solidaritas dipahami sebagai sarana keadilan sosial, dan bagaimana ethical demand Løgstrup memperkaya prinsip solidaritas. Artikel ini bertujuan mensintesiskan gagasan etika solidaritas Knud Ejler Løgstrup dan visi teologis Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Sollicitudo Rei Socialis untuk membangun keadilan sosial. Melalui metode studi pustaka, artikel ini menemukan bahwa Løgstrup mendasarkan pemahaman etikanya sebagai relasi interpersonal otentik. Sensasi dan klaim etis, saling ketergantungan sebagai ucapan tertinggi, ekspresi kesan norma moral, serta pemahaman puitis sensual dan praktek etika merupakan empat poin utama etika Løgstrup. Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis menegaskan bahwa solidaritas merupakan keutamaan Kristiani dalam menciptakan dunia yang adil. Temuan ini memperkaya prinsip solidaritas dalam Sollicitudo Rei Socialis dengan fondasi eksistensial yang menekankan spontanitas, kerentanan, dan tanggung jawab tanpa syarat. Dengan demikian, etika solidaritas tidak hanya menjadi prinsip normatif, tetapi juga ekspresi otentik dari kemanusiaan yang utuh dalam dunia yang terfragmentasi, sekaligus menawarkan landasan konseptual bagi upaya mewujudkan keadilan sosial secara global.