Open Conference Systems, Seminar Nasional Filsafat 2025

Font Size: 
The Value of Togetherness in Indonesian Proverbs: A Comparison between Banyu Panguripan (Javanese) and Sedulang Setudung (Banyuasin)
Marselinus Ananda Wenpi, Maria Tridinanti, Monica Angela Natania

Last modified: 2025-10-17

Abstract


Abstrak

Di Indonesia, semangat individualis semakin terasa di tengah perkembangan kehidupan modern. Di tengah situasi demikian, ada kearifan lokal yang tetap menjaga semangat kebersamaan. Dua di antaranya adalah petuah Jawa “Wong urip iku kudu aweh banyu panguripan” (orang hidup harus memberi air kehidupan) dan petuah Banyuasin “Sedulang setudung” (satu dulang satu tudung). Kedua petuah ini lahir dari konteks budaya yang berbeda, namun sama-sama menawarkan nilai solidaritas dan kepedulian sosial. Penelitian ini hendak mengkaji persamaan nilai yang terkandung dalam kedua petuah tersebut serta menemukan relevansinya bagi kehidupan modern saat ini.

Dalam penelitian ini, kami menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif sebagai metode dengan studi pustaka serta analisis komparatif. Petuah Jawa ditafsirkan melalui perspektif etika sosial dan tradisi keramahtamahan masyarakat Jawa. Sedangkan petuah Banyuasin dikaji dalam semangat solidaritas komunitas dan juga semangat gotong royong pada masyarakat Banyuasin. Kedua pepatah tersebut, menekankan pentingnya memberi manfaat nyata bagi banyak orang tanpa membedakan latar belakang sekaligus hidup dalam kebersamaan yang menekankan persatuan komunitas. Perbedaan konteks budaya tidak menghalangi kedua petuah tersebut untuk menawarkan nilai universal mengenai kebersamaan, kepedulian, dan harmoni sosial.

Kesimpulannya, petuah Jawa dan petuah Banyuasin ini merefleksikan kekayaan kearifan lokal yang ada di Nusantara. Petuah tersebut ternyata mampu menginspirasi bagi banyak orang untuk kembali mempererat persatuan solidaritas sosial mereka di tengah maraknya semangat individualisme. Nilai-nilai ini layak diangkat kembali sebagai dasar pendidikan karakter dan juga etika sosial dalam bermasyarakat di Indonesia masa kini.

Abstract

In Indonesia, the spirit of individualism has become increasingly apparent amid the development of modern life. In such a context, certain local wisdoms continue to preserve the spirit of togetherness. Two examples are the Javanese saying “Wong urip iku kudu aweh banyu panguripan” (“a person must give the water of life”) and the Banyuasin proverb “Sedulang setudung” (“one tray, one cover”). Although these proverbs originate from different cultural backgrounds, both express values of solidarity and social concern. This study aims to examine the shared values contained in these two sayings and explore their relevance for contemporary life.

This research employs a qualitative-descriptive approach through literature review and comparative analysis. The Javanese proverb is interpreted from the perspective of social ethics and the tradition of hospitality within Javanese society, while the Banyuasin proverb is analyzed through the lens of community solidarity and the spirit of gotong royong (mutual cooperation) among the Banyuasin people. Both proverbs emphasize the importance of contributing tangible benefits to others regardless of background, while living in togetherness that strengthens communal unity. Despite their cultural differences, both sayings convey universal values of fellowship, compassion, and social harmony.

In conclusion, the Javanese and Banyuasin proverbs reflect the richness of Indonesia’s local wisdom. These traditional teachings can inspire people to rebuild social solidarity and unity amid the growing spirit of individualism. Such values deserve to be reintroduced as foundations for character education and social ethics in contemporary Indonesian society.



 


Keywords


local wisdom, social solidarity, mutual cooperation, togetherness, individualism