Last modified: 2025-10-17
Abstract
Abstrak
Kaum muda Lamaholot kini hidup dalam pusaran zaman yang ditandai oleh percepatan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial yang cepat. Perubahan ini sering kali menimbulkan kegamangan identitas dan jarak terhadap nilai-nilai budaya yang menjadi dasar kehidupan masyarakat. Tulisan ini berupaya menyingkap makna filosofis petuah “Pana Ma’a Sare-Sare, Gawe Ma’a Lere-Lere, Lewo Tana Liko Lapak” sebagai refleksi atas bagaimana kaum muda Lamaholot memahami dan menghidupi nilai-nilai leluhur di tengah dinamika modernitas. Petuah tersebut mengandung ajaran tentang kesantunan, kerendahan hati, tanggung jawab sosial, penghormatan terhadap leluhur, serta kesadaran akan keterikatan manusia dengan tanah kelahiran sebagai sumber kekuatan batin dan moral. Melalui metode kualitatif dengan studi pustaka dan pengumpulan data lapangan awal, penelitian ini menelusuri makna petuah sebagai pedoman hidup yang mampu memberi arah dalam membentuk karakter generasi muda. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dijadikan pegangan dalam bersikap, bekerja, dan berelasi secara manusiawi di tengah perubahan zaman. Kajian ini masih bersifat reflektif dan eksploratif, dengan tujuan membangun dasar pemikiran bagi kaum muda agar tetap berakar pada kearifan lokal Lamaholot, namun terbuka terhadap kemajuan global yang membawa tantangan dan peluang baru.
Abstract
The youth of Lamaholot live amid a rapidly changing era marked by technological acceleration, globalization, and social transformation. These changes often create identity uncertainty and a growing distance from the cultural values that have long grounded community life. This paper seeks to explore the philosophical meaning of the Lamaholot maxim “Pana Ma’a Sare-Sare, Gawe Ma’a Lere-Lere, Lewo Tana Liko Lapak” as a reflection on how young people interpret and embody ancestral wisdom in the context of modernity. The maxim conveys teachings of courtesy, humility, social responsibility, reverence for ancestors, and awareness of the human bond with the land as a source of moral and spiritual strength. Using a qualitative approach through literature review and preliminary field data, this study examines the maxim as a moral compass that guides the formation of youth character. The values embedded within it can serve as a practical guide for ethical behavior, community engagement, and resilience in navigating modern challenges. This study remains reflective and exploratory in nature, aiming to develop a philosophical foundation that enables Lamaholot youth to remain rooted in local wisdom while embracing global progress and contemporary change