Open Conference Systems, Seminar Nasional Filsafat 2025

Font Size: 
KAJIAN REFLEKTIF SUARA PROFETIS GEREJA MENURUT KARL BARTH DAN KAITANNYA DENGAN 17+8 TUNTUTAN RAKYAT INDONESIA
Angelus Narwastu Gerald, Loren Sius Yoga, Florentinus Bora, Fransiskus Purwanto

Last modified: 2025-10-17

Abstract


Demonstrasi yang berlangsung di berbagai titik di Indonesia, menuntut adanya keterpaduan permintaan. Beberapa tempat demonstrasi mengalami kericuhan, hingga memakan korban jiwa. Tuntutan 17+ 8 Rakyat Indonesia lahir sebagai representasi perjuangan dan panggilan etis dalam melawan penindasan, kesenjangan sosial dan ancaman penyalahgunaan kekuasaan. Gereja perlu hadir dalam konteks sosial di mana ia bertumbuh. Dalam situasi seperti ini, Gereja dikehendaki bersurara. Karl Barth berpandangan bahwa Gereja harus memiliki suara profetis dalam ruang publik dan mengupayakan ketertiban dan keadilan sosial. Rumusan masalah yang hendak dibahas dalam artikel ini ialah bagaimana suara profetis Gereja menurut Karl Barth terwujudkan dalam konteks Tuntutan 17 +8 Rakyat Indonesia. Dalam penulisannya, tulisan ini dikaji dengan metode analisis reflektif melalui pengumpulan data studi kepustakaan. Tulisan ini mengindikasikan adanya titik temu spirit dalam tuntutan 17 + 8 Rakyat Indonesia dengan suara profetis Gereja menurut Barth yakni mengusahakan keadilan sosial, ketertiban dan kebaikan bersama. Tuntutan 17 + 8 Rakyat Indonesia menjadi upaya untuk pengawasan rakyat, sejalan dengan peran Gereja sebagai mitra sejajar yang pro pada mereka yang tertindas. Pendekatan reflektif dalam tulisan ini menekankan pentingnya panggilan nurani dan spiritual dalam tuntutan 17+8 dan peran Gereja demi kesejahteraan rakyat.

Keywords


17 + 8 Tuntutan Rakyat, Keadilan Sosial, Penindasan, Profetis.