Last modified: 2024-10-11
Abstract
Abstract
The night of 1 Suro, which marks the beginning of the Javanese New Year, coincides with the night of 1 Muharram, marking the start of the Islamic New Year. For some Javanese people, this night is considered sacred, and they often perform certain rituals, one of which is the ritual of cleansing heirlooms, known as jamasan pusaka. Even among some Catholics, there are those who still possess heirlooms and conduct the ritual of jamasan pusaka on the night of 1 Suro. This research aims to discuss the practice of jamasan pusaka commonly performed by the Christian community Pasederekan Trah Hamengku Buwana II in the Umbulharjo District. Using a qualitative method that includes literature review and interviews, the research focuses on answering the questions of why they possess heirlooms and perform the jamasan ritual on the night of 1 Suro? Is this ritual linked to a specific concept of salvation? How does it relate to their faith as Christians, who believe they have been redeemed and their salvation is guaranteed by Jesus Christ? Is there still a need for heirlooms in their salvation? The findings indicate that they possess heirlooms and conduct the jamasan pusaka ritual solely to preserve and honor the legacy of their ancestors. For them, heirlooms do not replace the role of Jesus Christ as the Savior. Nonetheless, there are still things that need to be criticized regarding the ownership and practice of pusaka plating from the point of view of Christian faith considering that they are Catholics.
Abstrak
Malam 1 Suro, yang menandai permulaan tahun baru Jawa, bertepatan dengan malam 1 Muharam, yang merupakan permulaan tahun baru Islam. Bagi sebagian orang Jawa, malam ini merupakan malam yang sakral sehingga mereka sering kali melakukan ritual tertentu, salah satunya jamasan pusaka. Bahkan, umat Katolik pun ada yang sampai sekarang masih memiliki pusaka dan melakukan ritual jamasan pusaka pada malam 1 Suro. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskusikan praksis jamasan pusaka yang biasa dilakukan oleh Komunitas Kristiani Pasederekan Trah Hamengku Buwana II di Kecamatan Umbulharjo. Dengan metode kualitatif melalui pendekatan studi pustaka dan wawancara, penelitian ini berfokus untuk menjawab pertanyaan mengapa mereka memiliki pusaka dan melakukan ritual jamasan pada malam 1 Suro? Apakah ritual tersebut ada kaitannya dengan paham keselamatan tertentu? Bagaimana dengan iman mereka sebagai orang Kristiani, yang sudah ditebus dan keselamatannya dijamin oleh Yesus Kristus? Apakah pusaka masih diperlukan untuk keselamatan mereka? Hasilnya menunjukkan bahwa mereka memiliki pusaka dan melakukan ritual jamasan pusaka hanya untuk melestarikan dan menghormati warisan leluhur. Bagi mereka, pusaka sama sekali tidak menggantikan peran Yesus Kristus sebagai Penyelamat. Meskipun demikian, tetap ada hal-hal yang perlu dikritisi terkait dengan kepemilikan dan praktik jamasan pusaka dari sudut pandang iman kristiani mengingat mereka adalah orang-orang Katolik.