Last modified: 2024-10-11
Abstract
Artikel ini membahas dialog ekumenis dan upaya dekonstruksi patriarki dalam konteks masyarakat Lamaholot, dengan mengambil inspirasi dari teori rekonsiliasi Desmond Tutu. Dialog ekumenis berperan penting dalam membangun kesalingpahaman antarumat beragama, terutama dalam masyarakat yang kaya akan keragaman budaya dan kepercayaan seperti Lamaholot. Namun, struktur patriarki yang masih dominan menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan kesetaraan gender dan harmoni sosial. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip Desmond Tutu tentang pengampunan, keadilan restoratif, dan rekonsiliasi, tulisan ini mengeksplorasi bagaimana dialog antarumat beragama dapat menjadi alat untuk membongkar struktur patriarki yang mengakar dalam tradisi dan praktik sosial masyarakat Lamaholot. Pendekatan teoretis ini tidak hanya menawarkan pandangan kritis terhadap patriarki, tetapi juga memberikan peluang untuk transformasi sosial yang lebih inklusif dan adil, terutama dalam konteks agama dan budaya lokal. Studi ini berargumen bahwa nilai-nilai ekumenis yang diterapkan dalam masyarakat multikultural seperti Lamaholot dapat berfungsi sebagai pendorong perubahan yang memperkuat kesetaraan gender dan keadilan sosial.