USD Conference Systems, Seminar Nasional Filsafat 2024

Font Size: 
Ritual Barong Wae Masyarakat Manggarai Sebuah Bentuk Nilai sakralitas Alam: Kajian Filosofis
Yulianus Gunawan Mamput

Last modified: 2024-10-14

Abstract


Abstrak

Tulisan ini mengeksplorasi hubungan antara kosmos, manusia, dan kebudayaan melalui kajian ritual Barong Wae dari masyarakat Manggarai di Flores, Nusa Tenggara Timur. Ritual ini mencerminkan nilai-nilai kultural dan kosmologis masyarakat Manggarai, dengan fokus pada makna dan praktik yang berkaitan dengan penghormatan terhadap sumber daya alam, khususnya air. Bagian pertama menjelaskan latar belakang kosmologis yang melatarbelakangi pandangan manusia terhadap alam dan budaya, dengan penekanan pada bagaimana manusia, sebagai mikrokosmos, berinteraksi dengan makrokosmos. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dan wawancara dengan tua adat Manggarai untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai ritual Barong Wae. Deskripsi ritual meliputi etimologi kata "Barong" dan "Wae", sejarah, serta proses pelaksanaan ritual. Ritual Barong Wae, yang dilakukan oleh pria di mata air, merupakan manifestasi penghormatan dan syukur terhadap roh penjaga air dan merupakan bagian dari upacara panen, Penti. Analisis kritis dilakukan dengan mengaitkan pemikiran Ninian Smart mengenai dimensi agama, etika Emmanuel Levinas, serta tahap ritual Victor Turner dan Arnold van Gennep dengan praktik Barong Wae. Kajian ini juga menelaah doktrin, mitos, dan aspek sosial dalam ritual tersebut, serta pengalaman mistik yang dialami peserta ritual. Bagian akhir dari tulisan menghubungkan ritual Barong Wae dengan konsep sakralitas alam menurut Mircea Eliade, yang menekankan nilai-nilai religius dan penghormatan terhadap ciptaan Tuhan dalam kosmos. Tulisan ini menyimpulkan bahwa ritual Barong Wae merupakan contoh konkrit dari bagaimana masyarakat Manggarai memelihara dan menghargai alam sebagai bagian integral dari kehidupan spiritual dan budaya mereka.

 

Abstract

This paper explores the relationship between the cosmos, humans, and culture through the examination of the Barong Wae ritual from the Manggarai community in Flores, East Nusa Tenggara. This ritual reflects the cultural and cosmological values of the Manggarai people, focusing on the meanings and practices related to reverence for natural resources, particularly water. The first section outlines the cosmological background that shapes human perceptions of nature and culture, emphasizing how humans, as microcosms, interact with the macrocosm. The research employs literature review and interviews with Manggarai elders to gain a deep understanding of the Barong Wae ritual. The description of the ritual includes the etymology of the words "Barong" and "Wae," its history, and the process of performing the ritual. The Barong Wae ritual, conducted by men at water springs, represents a manifestation of respect and gratitude toward the spirits guarding the water and is part of the harvest festival, Penti. A critical analysis links the Barong Wae ritual with Ninian Smart’s dimensions of religion, Emmanuel Levinas's ethics, and the ritual stages described by Victor Turner and Arnold van Gennep. This study also examines the doctrines, myths, and social aspects of the ritual, as well as the mystical experiences of the ritual participants. The final section connects the Barong Wae ritual with Mircea Eliade’s concept of the sacredness of nature, emphasizing the religious values and reverence for God’s creation within the cosmos. The paper concludes that the Barong Wae ritual is a concrete example of how the Manggarai people maintain and appreciate nature as an integral part of their spiritual and cultural life.

 


Keywords


Kata Kunci: Barong Wae, Manggarai, Ritual Budaya, Kosmologi, Penti, Ninian Smart, Emmanuel Levinas, Victor Turner, Arnold van Gennep, Mircea Eliade, Spiritualitas, Air dan Alam, Key Words: Barong Wae, Manggarai, Cultural Ritual, Cosmology, Penti, Ninian S

slot online slot gacor slot