Last modified: 2024-10-14
Abstract
Abstrak
Hilangnya peran kaum intelektual menyebabkan berkurangnya kritik terhadap kekuasaan, sehingga pemerintahan dapat beroperasi tanpa pengawasan yang efektif. Ketika intelektual, yang seharusnya menjadi suara moral dan kritis, kehilangan keberanian atau kesadaran untuk melawan penyimpangan, kekuasaan menjadi semakin absolut dan tidak terkendali. Ketidakhadiran kritik ini berkontribusi langsung pada ketidakritisan masyarakat, yang pada gilirannya memperkuat otoritas tanpa batas. Masyarakat yang tidak kritis cenderung menerima penyimpangan kekuasaan sebagai sesuatu yang normal, memperburuk korupsi dan ketidakadilan. Hubungan ini menciptakan lingkaran setan di mana kekuasaan semakin tidak diawasi, dan masyarakat semakin terjebak dalam apatisme, memperdalam krisis demokrasi dan moral. Melalui metode kepustakaan, kajian ini menganalisis sejarah pemikiran kaum intelektual indonesia berhadapan dengan kekuasan dan ketidakkritisan masyarakat dalam kerangka pemahaman intelektual Edwar said. Intelektual, sebagaimana dikemukakan oleh Edward Said, harus berperan sebagai penggerak wacana kritis di masyarakat, memerangi narasi dominan yang memelihara ketidakadilan. Kajian ini memperlihatkan fenomena yang dihadapi para intelektual sepanjang sejarah Indonesia dalam usaha membantu masyarakat mencapai keadilan dan perkembangan hidup yang lebih baik.
Kata kunci: Intelektual, pengkhianatan intelektual, public reason, Edward Said, demokrasi Indonesia.
Abstrac
The loss of the role of intellectuals results in reduced criticism of power, so that the government can operate without effective supervision. When intellectuals, who should be moral and critical voices, lose the courage or awareness to fight deviation, power becomes increasingly absolute and uncontrollable. This absence of criticism contributes directly to society's uncriticality, which in turn reinforces unlimited authority. Uncritical societies tend to accept abuses of power as normal, exacerbating corruption and injustice. This relationship creates a vicious circle in which power is increasingly unchecked, and society is increasingly trapped in apathy, deepening the democratic and moral crisis. Using the literature method, this study analyzes the history of Indonesian intellectuals' thought in dealing with the power and uncriticality of society within the framework of Edward Said's intellectual understanding. Intellectuals, as stated by Edward Said, must act as drivers of critical discourse in society, fighting dominant narratives that maintain injustice. This study shows the phenomena faced by intellectuals throughout Indonesian history in their efforts to help society achieve justice and develop a better life.
Keywords: intellectuals, intellectual betrayal, public reason, Edward Said, democracy Indonesia.