Last modified: 2025-10-15
Abstract
Pembangunan berkelanjutan menjadi panduan moral dan praktis dalam membantu mengintegrasikan nilai-nilai estetika, sosial dan ekologis melalui teks ingatan yang bersumber dari memori kolektif masyarakat lokal dan penelitian etnografis. Meskipun studi berbasis ekologi lokal telah dikaji namun reposisi nilai-nilainya belum terartikulasi mendalam, dan dianggap tidak valid dalam epistemologi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interdisipliner yang sosiologis sosiologis agama, folklor, dan etika. Pendekatan ini sangat memperhatikan bagaimana nilai-nilai dan praktik sakralitas dikonstruksi, dipertahankan dan berfungsi dalam komunitas lisan, sekaligus masukan terhadap cara menemukan dan memahami pengetahuan alam yang terbatas pada logika ilmiah-modern.
Kajian ini menyimpulkan epistemologi pinggiran memberikan signifikansi bagi diskursus etika bunuh diri yang diwariskan melalui oralitas dan memori kolektif, sebagai entitas sakral dan kemelekatan dari kosmologi kehidupan. Nilai-nilai tersebut membentuk moral imperatif terhadap Realitas Tertinggi dan makna hidup sebagai panggilan eksistensial manusia untuk mengarahkan hidup berkelanjutan yang merupakan kewajiban etis dan spiritual dalam teks ingatan dan memori kolektif.