Open Conference Systems, Seminar Nasional Filsafat 2025

Font Size: 
Teologi Publik Mangun Wijaya
Jenely Dinus Pati, Martinus Joko Lelono

Last modified: 2025-10-15

Abstract


Realitas Gereja yang mengakar pada keprihatinan dunia semakin dinantikan, tetapi jaraknya dengan dunia semakin lebar – tendensi terhadap ritualistik yang semakin kuat yang tidak sejalan dengan praksis hidup beriman. Agama tidak lagi banyak melahirkan aktivis pembela yang hina dina, tetapi melahirkan koruptor dan pelaku tindak kejahatan kekerasan seksual. Dalam hal ini terdapat pertanyaan besar tentang bagaimana menjembatani agama dengan keterlibatan sosial. Penelitian ini akan membantu menemukan salah satu metode yang dihidupi oleh Mangunwijaya yang diberi gelar “teolog publik”. Metode berteologi publik tidak akan pernah kehabisan ruang karena setiap tesisnya akan selalu berhadapan dengan anti-tesis yang kemudian melahirkan sintesis yang sekaligus menjadi tesis baru. Berteologi publik dapat dilakukan di mana pun dan oleh siapa pun dengan: (1) isu publik sebagai locus theologicus-nya dan (2) bahasa analogi yang digunakan sesuai dengan imajinasi publik atau menggunakan jembatan diskursus untuk sampai kepada imajinasi bersama – untuk membawa publik dari realitas chaos ke dalam realitas harmonis. Melalui studi pustaka tentang karya-karya Mangunwijaya, ditemukan bahwa metode teologi publik yang ia gunakan yakni; berhadapan dengan kaos-nya realitas publik yang menjadi tontonan masyarakat, ia justru hadir sebagai pemerdeka dengan cara: melihat (see), berjumpa (meet), dan memberdayakan (act for empowering) melalui berbagai karya di bidang sastra, arsitektur, pendidikan, dan sosial.


Keywords


Praksis Iman; Teologi Publik; See, Meet and Act